Semua orang tentunya ingin mendapat beasiswa, begitu pula saya. Sebenarnya tahun kemarin (2008) saya sudah pernah mendapatkan beasiswa (BBM) dari kampus saya yaitu Universitas Gunadarma. Tak ingin memungkiri tahun ini (2009) pun saya tergiur untuk mendapatkan beasiswa itu kembali.
Namun jalan untuk mendapatkannya tak semudah tahun sebelumnya. Saya menjadi bimbang dan merasa kecewa ketika mendapat informasi bahwa yang pernah mengikuti beasiswa di tahun sebelumnya tidak diperkenankan untuk ikut kembali. Niat untuk tetap ikut pun masih ada dibenak saya pada saat itu, tapi ternyata teman-teman yang bernasib seperti saya lebih memilih untuk tidak ikut beasiswa itu kembali, saya pun menjadi ikut keputusan mereka.
Ternyata informasi yang saya dan teman-teman dapatkan tidak benar, ada salah satu dosen yang berwenang dalam hal beasiswa tersebut yang memberitahukan saya dan teman-teman boleh ikut kembali untuk memperoleh beasiswa tersebut. Walaupun itu menjadi berita baik tetapi sesuatu yang tidak mungkin dalam waktu beberapa hari harus menyiapkan berkas-berkas persyaratannya. Apalagi saya yang hanya punya waktu dua hari dikarenakan saya harus mengikuti kursus di kampus Depok. Nasib baik masih ditangan saya ternyata, seorang teman menawarkan jasanya untuk membantu. Niat dan tekat bulat pun saya tanamkan didiri saya. Dimulai dengan mempersiapkan persyaratan yang harus dikumpulkan, memang terlalu tergesa-gesa rasanya menyiapkan semua persyaratan dengan waktu hanya dua hari.
Semua berkas sudah siap dan saya serahkan keteman saya tetapi ada satu persyaratan yang harus diurus ke kampus depok, dari persyaratan yang belum sempat saya urus sampai persyaratan itu dikumpulkan, semua diurus oleh teman saya. Merasa hutang budi itu pasti, apalagi saya mendengar ternyata teman saya mengalami kendala ketika mengurus persyaratan ke kampus depok.
Hari demi hari saya menunggu pengumuman beasiswa tersebut, di dalam hati saya bertanya-tanya, apakah nama saya masuk dalam deretan calon penerima beasiswa. Waktu itu ada petugas dari Universitas menelepon untuk konfirmasi masalah beasiswa dan memberitahukan pengumuman dapat dilihat hari itu juga.
Ketika saya melihat pengumuman, rasa senang membalut hati saya. Ternyata nama saya ada didaftar calon penerima beasiswa. Selanjutnya hal kedua yang saya lakukan mencari nama teman saya yang waktu itu berkorban membantu saya, tetapi tidak saya temukan namanya, saya cari lagi hingga beberapa kali tetap saja tidak ada. Sekejap rasa senang saya berubah menjadi rasa bersalah dan saya tak kuasa untuk tidak menitikkan air mata. Desah saya dalam hati “Ya Allah jika saya punya kuasa, saya ingin berbuat adil bagi orang lain dan untuk diri saya sendiri”. Tetapi saya sadari semua adalah kehendak-Nya.
Itulah sekilas mengenai pengalaman saya untuk memperoleh beasiswa. Penuh dengan rasa bimbang, kecewa, senang hingga berubah menjadi sedih karena merasa bersalah. Tetapi apapun yang terjadi dan apa yang kita dapatkan, kita harus sadari untuk tetap bersyukur pada-Nya. Terkhusus untuk teman saya, saya ingin mengucapkan terima kasih karena pengorbanan dan keikhlasanya untuk membantu saya.
Namun jalan untuk mendapatkannya tak semudah tahun sebelumnya. Saya menjadi bimbang dan merasa kecewa ketika mendapat informasi bahwa yang pernah mengikuti beasiswa di tahun sebelumnya tidak diperkenankan untuk ikut kembali. Niat untuk tetap ikut pun masih ada dibenak saya pada saat itu, tapi ternyata teman-teman yang bernasib seperti saya lebih memilih untuk tidak ikut beasiswa itu kembali, saya pun menjadi ikut keputusan mereka.
Ternyata informasi yang saya dan teman-teman dapatkan tidak benar, ada salah satu dosen yang berwenang dalam hal beasiswa tersebut yang memberitahukan saya dan teman-teman boleh ikut kembali untuk memperoleh beasiswa tersebut. Walaupun itu menjadi berita baik tetapi sesuatu yang tidak mungkin dalam waktu beberapa hari harus menyiapkan berkas-berkas persyaratannya. Apalagi saya yang hanya punya waktu dua hari dikarenakan saya harus mengikuti kursus di kampus Depok. Nasib baik masih ditangan saya ternyata, seorang teman menawarkan jasanya untuk membantu. Niat dan tekat bulat pun saya tanamkan didiri saya. Dimulai dengan mempersiapkan persyaratan yang harus dikumpulkan, memang terlalu tergesa-gesa rasanya menyiapkan semua persyaratan dengan waktu hanya dua hari.
Semua berkas sudah siap dan saya serahkan keteman saya tetapi ada satu persyaratan yang harus diurus ke kampus depok, dari persyaratan yang belum sempat saya urus sampai persyaratan itu dikumpulkan, semua diurus oleh teman saya. Merasa hutang budi itu pasti, apalagi saya mendengar ternyata teman saya mengalami kendala ketika mengurus persyaratan ke kampus depok.
Hari demi hari saya menunggu pengumuman beasiswa tersebut, di dalam hati saya bertanya-tanya, apakah nama saya masuk dalam deretan calon penerima beasiswa. Waktu itu ada petugas dari Universitas menelepon untuk konfirmasi masalah beasiswa dan memberitahukan pengumuman dapat dilihat hari itu juga.
Ketika saya melihat pengumuman, rasa senang membalut hati saya. Ternyata nama saya ada didaftar calon penerima beasiswa. Selanjutnya hal kedua yang saya lakukan mencari nama teman saya yang waktu itu berkorban membantu saya, tetapi tidak saya temukan namanya, saya cari lagi hingga beberapa kali tetap saja tidak ada. Sekejap rasa senang saya berubah menjadi rasa bersalah dan saya tak kuasa untuk tidak menitikkan air mata. Desah saya dalam hati “Ya Allah jika saya punya kuasa, saya ingin berbuat adil bagi orang lain dan untuk diri saya sendiri”. Tetapi saya sadari semua adalah kehendak-Nya.
Itulah sekilas mengenai pengalaman saya untuk memperoleh beasiswa. Penuh dengan rasa bimbang, kecewa, senang hingga berubah menjadi sedih karena merasa bersalah. Tetapi apapun yang terjadi dan apa yang kita dapatkan, kita harus sadari untuk tetap bersyukur pada-Nya. Terkhusus untuk teman saya, saya ingin mengucapkan terima kasih karena pengorbanan dan keikhlasanya untuk membantu saya.
0 komentar:
Posting Komentar